BeritaRakyat – Ekonomi – Raksasa otomotif asal Jepang, Nissan, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) 9.000 karyawan secara global. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi produksi global akibat sepinya penjualan mobil perusahaan di China dan Amerika Serikat.
Related Post
Berdasarkan laporan beritarakyat.id, Sabtu (9/11/2024), jumlah pemangkasan ini setara dengan 6,7% dari total karyawan perusahaan di seluruh dunia, yang mencapai 133.580 orang. Melalui pemangkasan ini, Nissan berharap dapat menurunkan kapasitas produksi global perusahaan hingga 20%.
Langkah ini juga bertujuan untuk mengurangi beban biaya sebesar US$ 2,6 miliar atau Rp 40,74 triliun (kurs Rp 15.672/dolar AS) pada tahun fiskal 2024 ini di tengah kemerosotan penjualan di China dan AS.
Lebih lanjut, Nissan juga memangkas prospek laba tahunannya sebesar 70% menjadi 150 miliar yen atau US$ 975 juta (Rp 15,28 triliun). Ini merupakan kedua kalinya mereka menurunkan perkiraan tersebut tahun ini.
Penurunan penjualan Nissan di China disebabkan oleh dominasi produsen mobil listrik BYD dan brand lokal lainnya di kawasan itu. Namun, masalah yang lebih serius bagi Nissan mungkin terjadi di AS, di mana mereka tidak memiliki produk mobil hibrida yang mampu bersaing di pasar Negeri Paman Sam. Kondisi ini berbeda dengan rival perusahaan asal Jepang, Toyota, yang berhasil menerima lonjakan permintaan mobil hibrida.
"Nissan salah mengartikan permintaan mobil hybrid di Amerika Serikat. Kami tidak memperkirakan HEV (Hybrid Electric Vehicle) akan meningkat secepat ini," kata CEO Makoto Uchida dalam konferensi pers.
"Kami mulai memahami tren ini menjelang akhir tahun fiskal lalu," jelasnya seraya menambahkan bagaimana perusahaan gagal dalam membuat beberapa perubahan pada model inti kendaraan hibrida miliknya sehingga tertinggal di pasar AS.
Langkah PHK ini menjadi sinyal bahaya bagi Nissan. Apakah perusahaan ini mampu bangkit dan bersaing di pasar global yang semakin kompetitif?
Tinggalkan komentar