Keluarga Almarhum Laode Jefisra Minta Kapolda Sultra Tolak Banding Bripka Adyatin

Kelurga Besar Almarhum Laode Jefisra Arifin Saat Melakukan Aksi Demontrasi di Depan Polda Sultra (FOTO : IST)

BeritaRakyat.id,. Muna – Puluhan masa yang mengatasnamakan Keluarga besar Laode Jefisra Arifin melakukan aksi demonstrasi di depan Polda Sulawesi Tenggara, Rabu (17/01/2024).

Masa aksi meminta Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara agar menguatkan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) Bripka Adyatin yang dilakukan oleh Polres Muna, 19 Oktober 2023 lalu.

Bripka Adyatin merupakan anggota Polres Muna. Ia Diberhentikan Tidak Dengan Hormat (PTDH) oleh Polres Muna setelah terbukti dengan sengaja melakukan perintangan jalan umum yang menyebabkan Laode Jefisra Arifin, Warga Kelurahan Raha l, Kecamatan Katobu, meninggal dunia 13 Maret 2022 lalu.

Tidak adanya saksi mata yang melihat peristiwa itu membuat kasus tersebut susah diungkap. Namun, berdasarkan petunjuk dan kerjasama pihak kepolisian Polres Muna dan keluarga korban, kasus tersebut menjadi terang benderang dan Bripka Adyatin ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Polres Muna.

Setelah berkas perkara dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Raha, jaksa penuntut umum kemudian memberikan tuntutan selama 1 tahun kepada Bripka Adyatin.

Pihak keluarga lalu melakukan demo besar-besaran di Polres Muna, Kejaksaan dan pengadilan. Sebab, kelurga menilai tuntutan itu terlalu ringan. Apalagi tidak ada itikad baik atau permohonan maaf pelaku ke keluarga korban. Alhasil tuntutan yang tadinya 1 tahun, diputuskan menjadi 2 tahun 5 bulan.

“Kita masyarakat muna ini kan adabnya sangat tinggi, ketika berbuat salah maka dengan cepat minta maaf dan bertanggung jawab. Tapi pelaku ini tidak pernah menunjukkan itikad baik kepada keluarga korban, membunuh ayam saja kita harus tanggung jawab, apalagi berbicara nyawa manusia,” Ucapnya Arwia.

Polres Muna kemudian melakukan sidang kode etik dengan putusan sidang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dan pelaku melakukan banding.

“Kami dari keluarga besar mengucapkan terima kasih kepada bapak Kapolres Muna atas putusan PTDH karena atas keputusan tersebut sedikit mengobati perasan keluarga walaupun tidak sebanding dengan kematian almarhum saudara kami,” Ucap Arwia kepada media ini.

“Jadi aksi kami pada hari ini meminta kepada Kapolda Sultra agar menolak banding yang diajukan saudara Bripka Adyatin,” Lanjutnya.

Arwiah menduga ada kongkalikong antara Polda Sultra dengan Bripka Adyatin. Sebab, sudah tiga bulan banding yang diajukan Bripka Adyatin hingga kini belum ada putusan sidang.

“Polres Muna melakukan PTDH kepada Bripka Adyatin, lalu Bripka Adyatin melakukan banding, sekarang sudah tiga bulan, kenapa belum ada putusan?, kami menduga ada main mata disini, agar Bripka Adyatin bebas dari PTDH,” Jelasnya.

“Kami juga kaget mendapat informasi bahwa pelaku di mutasikan ke polda bagian pelayanan markas, kok aneh ya, orang yang bermasalah dan sudah Di PTDH tetapi masih bisa mutasi, ada apa ini dgn polda,” Tanya Arwia.

Ia juga meminta kepada Kapolda Sultra untuk tidak sekedar menilai prestasi dan kebaikan Bripka Adyatin selama 3 bulan berada di Polda, tapi harus fokus pada perbuatan yang dilakukan yang menyebabkan Laode Jefisra Arifin meninggal dunia.

Kata dia, jika putusan banding tidak berpihak kepada korban, maka dia kembali melakukan demonstrasi dengan masa yang lebih besar. Bahkan lanjut dia, pihaknyak akan kembali menyurat kepada Presiden, Menpolhukam, Kapolri, Ombudsman, Kompolnas, dan Komnas HAM.

“Sidang putusan banding harus berpihak kepada korban. jika itu tidak terjadi, maka kami akan menurunkan masa dengan jumlah yang lebih besar, bahkan akan sampai di istana negara,” Tegasnya.

Untuk diketahui, Almarhum Laode Jefisra Arifin meninggalkan 1 orang anak perempuan berusia 8 tahun yang memerlukan bimbingan dan kasih sayang serta biaya dari orang tuanya. Namun, dengan kematian orang tuanya hidupnya menjadi tidak terarah lagi, semua sirnah tinggal kenangan yang tidak mungkin bisa dilupakan. Sesekali ia merenung lalu berteriak “kenapa polisi dia bunuh bapakku”. Ia setiap hari selalu menanyakan ayahnya yang sudah tidak ada.

BURHAN ODE

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *